Senin, 06 Februari 2012

kemajuan ekonomi, sosial dan kebudayaan masa muawiyah

A. Latar Belakang

Sejarah tak ubahnya cermin masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrosyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah, dan dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang sejarah kemajuan ekonomi, sosial dan kebudayaan masa daulah umayyah.

Banyak perubahan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah baik dalam sistem kekhalifahan dan administrasi pemerintahan lainnya yang berbeda dengan sistem kekhalifahan pada masa al-Khulafâur al-Râsyidûn sebelumnya. Perubahan-perubahan yang dilakukan selama Dinasti Umayah tersebut serta keberhasilan memperluas wilayah kekuasaan Islam diyakini merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan ekonomi, sosial dan kebudayaan Arab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kemajuan ekonomi, sosial dan kebudayaan?
2. Faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan bidang-bidang tersebut?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui kemajuan bidang ekonomi, sosial dan kebudayaan masa daulah muawiyah.
2. Memahami dan mengambil sisi positif dari kemajuan bidang-bidang tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemajuan bidang Ekonomi pada masa dinasti muawiyah.
1. Perdagangan
Setelah daulah Umayyah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak baik melalui jalan darat maupun laut. Pada lalu lintas darat umat islam mendapat keamanan untuk melewati jalan sutra menuju Tiongkok guna memperlancar perdagangan sutra, keramik, obat-obatan, dan wewangian. Adapun lalu lintas di lautan ke arah negeri-negeri belahan timur untuk mencari rempah-rempah, bumbu, anbar, kasturi, permata, logam mulia, gading, dan bulu-buluan. Sehingga dengan demikian Basrah di teluk Persi pada saat itu menjadi pelabuhan dagang yang cukup ramai.
2. Pertanian dan industri
Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan sektor pertanian, beliau telah memperkenalkan sistem irigasi (pengairan) bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian. Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.

3. Reformasi Fiskal
Selama masa pemerintahan Umayyah hampir semua pemilik tanah baik muslim maupun non muslim diwajibkan membayar pajak tanah, sementara itu pajak kepala tidak berlaku bagi penduduk muslim, sehingga banyak penduduk yang masuk Islam secara ekonomi yang melatar belakangi berkurangnya penghasilan negara. Namun demikian, dengan keberhasilan Umayyah melakukan penaklukan imperium Persia dan Byzantium maka sesungguhnya kemakmuran bagi daulah ini sudah melimpah ruah. Pada masa Umar bin Abdul Aziz, beliau memiliki pandangan bahwa menciptakan kesejahteraan masyarakat bukan dengan cara mengumpulkan pajak sebanyak-banyaknya seperti yang dilakukan oleh para khalifah Bani Umayyah sebelum Umar, melainkan dengan mengoptimalkan kekayaan alam yang ada, dan mengelola keuangan negara dengan efektif dan efisien. Keberhasilan dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat inilah yang membuat Umar bin Abdul Aziz tidak hanya layak disebut sebagai pemimpin negara, tetapi juga sebagai fiskalis muslim yang mampu merumuskan, mengelola, dan mengeksekusi kebijakan fiskal pada masa kekhalifahannya.
4. Pembuatan mata uang
Pada masa Khalifah ‘Abdul Malik bin Marwan (65-86H), beliau membuat kebijakan untuk memakai mata uang sendiri. Pemerintahan saat itu mendirikan tempat percetakan uang di Daar Idjard. Mata uang dicetak secara terorganisir dengan kontrol pemerintah. Kemudian pada tahun 77 H/697 Masehi, khalifah Abdul Malik mencetak dinar khusus yang bercorak islam yang khas, berisi teks islam, di ukir dengan tulisan kufi. Gambar-gambar dinar lama diubah dengan lafadz-lafadz islam, seperti Allahu Ahad, Allah Baqa’. Sejak saat itulah umat islam memiliki dinar dan dirham islam sebagai mata uangnya dan meninggalkan Dinar Bizantium dan Dirham Kisra.

B. Kemajuan Bidang Sosial pada masa dinasti muawiyah.
Pada masa dinasti ini, stratifikasi sosial mulai dikenal. Rakyat imperium arab terbagi kedalam empat golongan. Golongan pertama merupakan golongan yang terdiri atas kaum muslimin yang memegang kekuasaan dan dikepali oleh anggota istana serta kaum ningrat dari penakluk arab. Golongan kedua merupakan golongan neomuslim, baik dengan atas kemauan sendiri maupun paksaan. Golongan ketiga merupakan kaum non muslim yang mengikat perjanjian dengan kaum muslim. Golongan keempat merupakan golongan budak yang merupakan golongan terendah.
Meskipun sistem pemerintahan tidak berjalan demokratis, namun kondisi sosial pada masa dinasti Umayyah tetap damai dan adil. Kebebasan memeluk agama pun juga dijamin. Diantara usaha positif yang dilakukan oleh para khilafah daulah Bani Umayyah dalam mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh sistem pemerintahan dan menata administrasi yang bertugas mengurusi masalah keuangan negara yang dipergunakan untuk:
1. Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara.
2. Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.
3. Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang
4. Pembuatan panti asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo dan juga tempat-tempat untuk orang-orang yang infalid.
Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau menggunakan dana di baitulmal (kas negara) untuk memakmurkan dan menyejahterakan rakyatnya. Berbagai fasilitas dan pelayanan publik dibangun dan diperbaiki. Sektor pertanian terus dikembangkan melalui perbaikan lahan dan saluran irigasi. Sumur-sumur baru terus digali untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Jalan-jalan di kota Damaskus dan Sekitarnya dibangun dan dikembangkan. Untuk memuliakan tamu dan para musafir yang singgah di Damaskus, khalifah membangun penginapan. Sarana ibadah seperti masjid di perbanyak dan diperindah. Masyarakat yang sakit disediakan pengobatan gratis. Khalifah Umar II pun memperbaiki pelayanan di dinas pos, sehingga aktivitas korespondensi berlangsung lancar. Sehingga rakyatnya benar-benar hidup sejahtera.

C. Kemajuan bidang budaya pada masa dinasti muawiyah.
1. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan bin Nafi’ yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
2. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibnu Sayyidih, Ibnu Malik pengarang Aljiyah, Ibnu Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu ‘Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti al-’Iqd al-Farid karya Ibnu Abdi Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibnu Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath bin Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
Kebanyakan masyarakat dan Khalifah Bani Umayyah juga mencintai syair. Pada masa itu lahir beberapa penyair terbesar, seperti Ghayyats Taghlibi al-Akhtal, Jurair, dan Al- Farazdak. Kota-kota yang menjadi pusat kegiatan ilmu, pada masa Daulah Bani Umayyah, masih seperti zaman khafaur rasyidin, Yaitu kota Damaskus, Kufah, Basrah, Mekkah, Madinah, Mesir dan ditambah lagi dengan pusat-pusat baru, seperti kota Kairawan, Kordoba, Granada dan lain-lainnya.
3. Arsitektur
Seni bangunan (arsitektur) pada zaman Umayyah bertumpu pada hubungan sipil berupa kota-kota dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Dikuasainya wilayah Irak, Iran, dan Suriah oleh umat Islam berkontribusi dalam perkembangan seni dan arsitektur. Beberapa kota baru telah dibangun pada zaman Umayyah yang diiringi pembangunan berbagai gedung dengan gaya perpaduan Persia, Romawi, dan Arab yang berjiwa Islami. Damaskus yang pada masa sebelum Islam merupakan ibukota kerajaan romawi Timur di Syam adalah kota lama yang dibangun kembali pada masa Umayyah dan dijadikan ibukota Daulah ini. Selain itu masjid Nabawi juga turut direnovasi oleh walid dengan konstruksi dan arsitektur Syiria dibawah pengawasan Umar bin abdul Aziz.
Dinasti Umayyah mulai mengembangkan pola arsitektur khusus pada bangunan dan tempat penting yang ada pada masa itu. Pola arsitektur Arab yang sebelumnya mendominasi bangunan negara (istana, masjid, dan benteng) pada masa Khulafa ar-Rasyidun, di tangan Dinasti Umayyah bercampur dengan corak Romawi (Bizantium). Pada masa ini, mulai diperkenalkan tempat pemandian umum (Hammam). Selain bangunan hammam, penguasa Dinasti Umayyah juga membangun tempat peristirahatan bagi para pemburu di padang pasir yang dikenal dengan sebutan Karavanserai.
Dinasti Umayyah telah memberi peran dan pengaruh yang besar dalam arsitektur Masjid. Pada 673 M, Muawiyah pemimpin pertama Dinasti Umayyah mulai memperkenalkan menara. Menara masjid pertama dibangun pada Masjid Amr Ibn-Al-Ash. Di masjid itu, ia membangun empat menara sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan. Dalam proses pembangunan Masjid Agung Umayyah, dinasti ini juga mulai memperkenalkan sejumlah teknik arstitektur baru khas Islam. Salah satunya adalah lengkungan pada arsitektur masjid. Pada era kekuasaan Dinasti Umayyah yang ditandai dengan kemakmuran juga diperkenalkan elemen-elemen fungsional dan struktural utama dalam arsitektur masjid, seperti menara, mihrab, maksurah, dan kubah.

Pada saat Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), mulai memperkenalkan konsep kubah pada arsitektur masjid. Pada masa itu, ia membangun kubah Masjid Al-Aqsha. Kubah karang (Kubah as-Sakra) atau masjid Kubah Batu (Dome of Rock) di Yerussalem yang didirikan oleh Abdul Malik pada tahun 691 M, merupakan salah satu contoh paling cantik dari hasil karya arsitektur muslim zaman permulaan. Konsep kubah ini merupakan adopsi dari bangunan katedral Kristen Ortodoks pada masa Bizantium. Perpaduan arsitektur Islam dengan arsitektur Kristen Eropa tidak jarang pula dilakukan dengan mengadaptasi dari bangunan yang telah ada sebelumnya.

4. Kerajinan
Pada masa khalifah Abdul Malik mulai dirintis pembuatan Tiraz (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan. Guna memperlancar produktifitas pakaian resmi kerajaan, maka abdul Malik mendirikan pabrik-pabrik kain. Di bidang seni lukis selain terdapat pada bangunan masjid juga ada sebuah lukisan yang pertama kali ditorehkan oleh khalifah Walid 1 yaitu berupa gambar binatang dengan corak dan warna lukisan yang masih bersifat Hellenisme.
BAB III
KESIMPULAN

Bani Umayah mengalami masa keemasan ketika tampuk kepemimpinan berada di tangan Abdul Malik bin Marwan sampai Umar bin Abdul Aziz. Ditopang oleh ekonomi yang kuat kaum muslim mengalami kemajuan yang pesat di berbagai bidang. Ekspansi yang dilakukan telah membawa banyak dampak terhadap kemajuan di berbagai bidang. Dalam perdagangan mengalami kemajuan setelah dikuasainya jalur sutera. Yang mau tidak mau perdagangan eropa ke asia harus bergantung keamanannya oleh kaum muslimin. Di bidang seni budaya, kaum muslim mendapat pengaruh dari gaya eropa dan persia terutama pada seni arsitektur bangunan. Dalam bidang sosial juga mengalami kemajuan setelah perekonomian negara menjadi cukup kuat. Di buktikan dengan dibangunnya panti asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo dan juga tempat-tempat untuk orang cacat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar